Perjudian sering dianggap sekadar hiburan atau kegiatan yang bisa dikendalikan jika dilakukan “secara bijak.” Namun, realitasnya, judi — terutama dalam bentuk online yang mudah diakses — dapat memberikan dampak negatif yang mendalam, tidak hanya secara finansial dan emosional, tetapi juga terhadap perkembangan kognitif, khususnya jika dimulai sejak usia muda. Perkembangan kognitif mencakup berbagai fungsi otak seperti kemampuan berpikir logis, mengambil keputusan, mengingat, hingga mengatur emosi. Ketika judi menjadi kebiasaan, fungsi-fungsi ini bisa mengalami gangguan yang serius. Efek judi terhadap perkembangan kognitif
Dampak pada Kemampuan Pengambilan Keputusan
Seseorang seringkali mengandalkan “perasaan beruntung” ketimbang logika. Otak penjudi terbiasa dengan pola pengambilan risiko yang tidak rasional, seperti tetap bertaruh meski tahu peluang menang sangat kecil. Hal ini dapat menurunkan kemampuan untuk membuat keputusan yang bijak di aspek kehidupan lain, seperti pekerjaan, hubungan sosial, dan pengelolaan uang.
Dalam jangka panjang, kerusakan pada sistem pengambilan keputusan ini bisa mengarahkan seseorang pada pola hidup yang impulsif dan destruktif. Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas otak di bagian prefrontal cortex — wilayah yang bertanggung jawab untuk perencanaan dan kontrol diri — menurun pada individu yang mengalami kecanduan judi.
Gangguan Fungsi Memori dan Konsentrasi
Perjudian, khususnya dalam format digital yang cepat dan berulang-ulang seperti slot online atau taruhan langsung, dapat mengganggu fokus dan daya ingat. Pengguna menjadi terbiasa dengan stimulasi intens dan instan, yang membuat otak sulit untuk bertahan dalam tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi jangka panjang, seperti belajar atau bekerja.
Bahkan, dalam beberapa kasus, penjudi kronis mengalami apa yang disebut sebagai “fog mental”, yaitu kondisi di mana pikiran terasa kabur, sulit mengingat informasi, dan merasa cepat lelah secara kognitif. Ini sangat mengganggu, terutama bagi anak-anak dan remaja yang masih berada dalam masa pertumbuhan otak.
Ketergantungan terhadap Dopamin
Setiap kali seseorang menang dalam perjudian, meski kecil, otak melepaskan dopamin — zat kimia yang berkaitan dengan rasa senang dan kepuasan. Masalahnya, otak bisa menjadi kecanduan terhadap lonjakan dopamin ini. Semakin sering berjudi, semakin besar keinginan otak untuk mencari sensasi tersebut. Dalam jangka panjang, ini bisa menurunkan sensitivitas otak terhadap dopamin alami dari aktivitas sehat lainnya, seperti olahraga, membaca, atau berinteraksi sosial.
Efeknya? Seseorang mulai kehilangan minat pada kegiatan produktif dan justru mencari pelarian di dunia judi untuk “merasakan sesuatu.”
Gangguan Emosional dan Regulasi Diri
Perjudian yang berulang juga berdampak pada kemampuan seseorang dalam mengelola emosi. Kekalahan demi kekalahan bisa menyebabkan frustrasi, marah, hingga depresi. Namun alih-alih berhenti, banyak penjudi justru terus bermain untuk mengejar kemenangan yang hilang — yang disebut sebagai “chasing losses.” Ini menunjukkan lemahnya kontrol diri, salah satu aspek penting dalam kecerdasan kognitif-emosional.
Anak-anak dan remaja yang sudah mulai terpapar game dengan sistem loot box atau gacha berisiko mengalami gangguan serupa, terutama jika mereka tidak dibimbing dengan baik oleh orang dewasa.
Kesimpulan
Perjudian bukan hanya berdampak pada kantong atau relasi sosial, tetapi juga pada cara kerja otak. Kemampuan berpikir jernih, mengambil keputusan logis, mengatur emosi, hingga mempertahankan fokus bisa terganggu secara signifikan akibat kebiasaan berjudi. Lebih mengkhawatirkan lagi, dampak ini bersifat jangka panjang dan seringkali tidak disadari sampai kondisi memburuk.